NAMA: ANNISA FITRI AKMAL
NIM : P07124215043
DIV REG B KEBIDANAN
Penisilin Tahan Penisilinase
Derivat
ini hampir tidak terurai oleh penisilinase, tetapi aktivitasnya lebih ringan
dari penisilin G dan penisilin V. umumnya digunakan untuk kuman-kuman yang
resisten terhadap obat-obat tersebut. Contohnya kloksasin, dikloksasin,
flukloksasilin.
Kombinasi amoksisilin dengan asam klavulanat menghasilkan efek sinergisme dengan khasiat 50 kali lebih kuat, efektif terhadap E.coli, H.influenza dan staphylococcus aureus. Contohnya Augmentin (Beecham).
Asam klavulanat adalah senyawa β lactam dari hasil fermentasi streptomyces clavuligerus.
Kombinasi amoksisilin dengan asam klavulanat menghasilkan efek sinergisme dengan khasiat 50 kali lebih kuat, efektif terhadap E.coli, H.influenza dan staphylococcus aureus. Contohnya Augmentin (Beecham).
Asam klavulanat adalah senyawa β lactam dari hasil fermentasi streptomyces clavuligerus.
Sebagian besar stafilokokus telah resisten terhadap
benzilpenisilin karena kuman ini memproduksi penisilinase. Namun, flukloksasilin
tidak diinaktivasi oleh penisilinase sehingga efektif untuk strain kuman
tersebut. Flukloksasilin juga tahan terhadap asam lambung sehingga selain
bentuk injeksi, juga dapat diberikan per oral.
Flukloksasilin diabsorpsi dengan baik dalam saluran
cerna. Namun perlu dilakukan perhatian khusus tehadap gangguan fungsi hati.
MRSA Strain Staphylococus
aureus yang resisten terhadap metisilin (MRSA, Methicillin
Resistant Staphylococcus aureus) dan terhadap flukloksasilin sekarang telah
muncul. Beberapa organisme ini masih sensitif terhadap vankomisin atau
teikoplanin (lihat 5.1.8.3). Strain ini mungkin juga masih sensitif terhadap
rifampisin, natrium fusidat, tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida dan
klindamisin. Rifampisin atau natrium fusidat tidak boleh diberikan secara
tunggal karena akan menimbulkan resistensi dengan cepat. Trimetoprim tunggal
dapat digunakan untuk infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh beberapa
strain MRSA. Linezolid (lihat 5.1.8.6) aktif terhadap MRSA, namun antibiotik
ini sebaiknya dicadangkan untuk organisme yang resisten terhadap antibakteri
lain atau untuk pasien yang tidak dapat mentolerir obat antibakteri lain atau
tidak memberi respon terhadap vankomisin atau teikoplanin. Terapi ini sebaiknya
dilakukan berdasarkan sensitivitas strain organisme penyebab infeksi. Untuk
eradikasi dari nasal carriage akibat MRSA lihat 12.2.3.
Monografi:
1.
Indikasi:
infeksi karena stafilokokus penghasil penisilinase,
termasuk otitis eksterna; terapi tambahan pada pneumonia, impetigo, selulitis,
endokarditis
2.
Peringatan:
Riwayat alergi, hasil tes glukosa urin positif palsu,
gangguan fungsi ginjal. juga gangguan hati; risiko kernikterus pada jaundice
neonatal jika diberikan dosis tinggi secara parenteral. Anjuran terkait dengan
hepatic disorders: Pemberian untuk waktu yang lebih dari 2 minggu dan peningkatan
usia merupakan faktor resiko. Perlu diingat hal-hal sebagai berikut:
Flukloksasilin tidak boleh digunakan pada pasien yang memiliki riwayat
disfungsi hati terkait dengan flukloksasilin. Flukloklasilin sebaiknya
digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan gangguan hati. Perhatian khusus
sebaiknya dibuat terhadap reaksi hipersensitivitas antibakteri beta-laktam.
3.
Kontraindikasi:
Hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin
4.
Efek Samping:
Reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, anafilaksis, serum sickness-like reaction, gangguan saluran cerna;
sangat jarang, hepatitis dan kolestatik jaundice.
5.
Dosis:
oral: 250-500 mg tiap 6 jam diberikan
sekurang-kurangnya 30 menit sebelum makan;
ANAK di bawah 2 tahun, seperempat dosis dewasa; 2–10
tahun, setengah dosis dewasa; Injeksi intramuskular: 250 - 500 mg tiap 6 jam;
ANAK di bawah 2 tahun, ¼ dosis dewasa; 2–10 tahun, ½
dosis dewasa. Injeksi intravena secara lambat atau infus: 0,25-2 g tiap 6 jam;
ANAK di bawah 2 tahun, ¼ dosis dewasa; 2–10 tahun, ½
dosis dewasa; Endokarditis (dalam kombinasi dengan antibakteri lain), berat
badan kurang dari 85 kg, 8 g sehari dalam 4 dosis terbagi; berat badan lebih
dari 85 kg, 12 g sehari dalam 6 dosis terbagi. Osteomielitis, hingga 8 g sehari
dalam 3-4 dosis terbagi.
1.
Indikasi:
infeksi karena stafilokokus yang memproduksi
penisilinase.
2.
Peringatan:
riwayat alergi, hasil tes glukosa urin positif palsu,
gangguan fungsi ginjal.
3.
Kontraindikasi:
hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin.
4.
Efek Samping:
reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, anafilaksis, serum sickness-like reaction; jarang, toksisitas sistem
saraf pusat termasuk konvulsi (terutama pada dosis tinggi atau pada gangguan
ginjal berat), nefritis interstisial, anemia hemolitik, leukopenia,
trombositopenia dan gangguan pembekuan darah; juga dilaporkan diare (termasuk
kolitis karena antibiotik).
5.
Dosis:
oral: 500 mg tiap 6 jam, diberikan 30 menit sebelum
makan. Injeksi intramuskuler: 250 mg tiap 4-6 jam. Injeksi intravena lambat
atau infus: 500 mg tiap 4-6 jam. Dalam kasus yang berat dosis dapat dinaikkan
dua kali.
ANAK: kurang
dari 2 tahun: seperempat dosis dewasa.
ANAK: 2-10 tahun: setengah dosis dewasa.
ANAK: 2-10 tahun: setengah dosis dewasa.