CHLORTALIDONE

Nama: Frederica Tyas
NIM: P07124215010

CHLORTALIDONE

A.    Definisi
Obat diuretik adalah sekelompok obat yang dapat meningkatkan laju pembentukan urin. Ada 5 jenis obat diuretik yaitu: diuretik osmotik, inhibitor karbonik anhidrase, loop diuretik (diuretik kuat), tiazid dan diuretik hemat kalium (potassium sparing diuretik).
Chlorthalidone adalah salah satu contoh obat dari penggolongan jenis obat diuretik yaitu Tiazid. Tiazid diekskresi oleh tubulus proksimal namun baru bekerja di tubulus kontortus distal. Ia bekerja dengan menghambat simporter Na dan Cl dari lumen ke tubular. Pada keadaan normal, simporter ini berfungsi membawa Na dan Cl dari lumen ke sel epitel tubulus.

B.     Contoh Obat Tiazid (Chlorthalidone)
Merupakan obat jenis thiazide diuretic (water pill) yang membantu mencegah tubuh dari penyerapan garam yang berlebihan, yang bisa menyebabkan fluid retention (edema).
1.      Indikasi:
Untuk mengobati fluid retention (edema) pada penderita gagal jantung kongestif (CHF), sirosis hati, gangguan ginjal, atau edema yang disebabkan oleh penggunaan steroid dan estrogen. Untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi).
2.      Kontraindikasi:
-          Ketiadaan air kencing (anuria).
-          Masalah kegagalan buah pinggang dan hati yang serius.
-          Reaksi hipersenstivitas pada chlorthalidone dan sulfonamide. 
-          Ketidakseimbangan garam mineral di dalam darah seperti hypokalaemia, hyponatraemia, dan hypercalcaemia.
-          Hyperuricaemia seperti penyakit gout.
-          Hipertensi masa kehamilan.
Instruksi khusus:
-          Jangan gunakan thiazide jika GFR (Glomerular Filtration Rate) kurang dari 30 ml/menit kecuali digunakan secara sinergis dengan loop diuretics.
-          Hindari pada pasien yang memiliki ketidakseimbangan cairan dan elektrolit atau pada mereka yang beresiko mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (misal orangtua), pasien dengan cirrhosis hati lebih mungkin mengembangkan hypokalemia dan pasien dengan gagal jantung akut lebih mungkin menderita hiponatremia, gunakan dengan hati-hati pada pasien yang diduga mengalami encok dan diabetes mellitus.
-          Awasi pasien untuk tanda-tanda ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
3.      Sediaan: tablet
4.      Dosis:
25 – 100 mg melalui mulut (per oral), 1 kali sehari. Dosis maksimum: 200 mg/hari.
Edema à hingga 50 mg sehari selama periode terbatas.
Hipertensi à 25 mg pada pagi hari, jika perlu tingkatkan sampai 50 mg.
5.      Efek samping:
-          Efek endokrin dan metabolic (hiperuricemia dan bisa menyebabkan encok pada beberapa pasien, hypochloremic alkalosis, hiponatremia, hypokalemia, hipomagnesemia, hiperglikemia, dan glikosuria pada penderita diabetes mellitus atau pasien rentan lainnya); efek GI (iritasi GI, N/V, konstipasi, anoreksia, diare); efek CNS (sakit kepala, kepeningan); efek lainnya (reaksi fotosensitivitas, hipotensi postural, impotensi, reaksi hipersensitivitas).
-          Tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolit: sakit kepala, kram otot, mulut kering, hipotensi, kehausan, kelelahan, mengantuk, dsb.
6.      Nama dagang di pasaran:
-          Hygroton® (Novartis Indonesia).
-          Tenoret 50®.
7.      Kemasan:
-          Hygroton®: tablet 50 mg x 5 x 10.
-          Tenoret 50®: 14 tablet (komposisi atenolol 50 mg, chlortalidone 12,5 mg).

C.     Gambar
Sumber :
m.detik.com
www.healthmasa.com