NAMA
: HENI SUSILOWATI
NIM : P07124215055
Nama antibiotic : Streptomycin (Streptomisin)
Kemasan streptomycin
Botol injeksi
Botol injeksi
Sediaan:
Cara Kerja Obat:
Streptomycin adalah obat
yang termasuk kelompok aminoglycoside. Streptomycin ini bekerja dengan cara
mematikan bakteri sensitif, dengan menghentikan pemroduksian protein esensial
yang dibutuhkan bakteri untuk bertahan hidup.
Indikasi:
Untuk mengobati
tuberculosis (TB) dalam
kombinasi dengan obat lain; tularemia, plague, pengobatan brusellosis,
pengobatan glanders, enterokokal endokarditis dan streptokokal
endokarditis dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri
tertentu
Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap
aminoglikosida lain dan wanita hamil.
Dosis:
Diberikan secara intramuskular (IM)
dengan dosis 20 mg/kgBB dengan kadar maksimum 1gr/hari sampai dua hingga tiga
minggu. Kemudian frekuensi pemberiaannya berkurang menjadi 2-3 kali seminggu
(Farmakologi UI, 2012).
Untuk pasien dewasa, diberikan 15
mg/kg/hari, dengan dosis tidak melebihi 1 g/hari setiap 12 jam melalui
intramuskular. Sedangkan untuk anak-anak sebaiknya diberikan 20-40 mg/kg/hari,
dengan dosis tidak melebihi 1 g/hari setiap 12-24 jam. Penggunaan streptomisin
umumnya dihentikan setelah 2-3 bulan, atau lebih cepat jika kultur telah
menjadi negatif (Hardman dan Limbird, 2003).
Karena diberikan secara
intramuskular, streptomisin akan cepat menyebar setelah diinjeksikan ke dalam
tubuh. Hampir setiap jaringan ekstra sel terdapat streptomisin, terutama plasma
darah dan hanyak sedit sekali yang terikat di eritrosit. Sekitar sepertiga
streptomisin terikat dengan protein plasma, sedangkan yang lainnya dalam bentuk
bebas. Masa paruh obat ini adalah 2-3 jam. Setelah seharian beredar, 24 jam
pertama, sekitar 50% -60% streptomisin dieksresikan dalam bentuk utuh
(Farmakologi UI, 2012).
Secara umum, makin lama terapi
dengan streptomisin berlangsung, makin meningkat resistensinya (Hardman dan
Limbird, 2003). Pada beberapa penderita resistensi ini terjadi dalam satu
bulan. Setelah empat bulan terapi, 80% kuman tuberkulosis tidak sensitif lagi.
Bakteri yang telah resisten mengakibatkan pengobatan tidak efektif lagi.
Penggunaan streptomisin bersama antituberkulosis lain dapat menghambat
terjadinya resistensi (Farmakologi UI, 2012).
Peringatan dan Perhatian
:
-
Kerusakan ginjal dan hati.
-
Usia lanjut, gizi per oral maupun parenteral jelek.
-
Hamil dan menyusui.
Efek Samping :
-
Efek ototoxic (bisa menyebabkan ototoxicity yang tidak dapat diubah, berupa
kehilangan pendengaran, kepeningan, vertigo);
-
Efek renal (nephrotoxicity yang dapat diubah, gagal ginjal akut dilaporkan
terjadi biasanya ketika obat nephrotoxic lainnya juga diberikan);
-
Efek neuromuskular (penghambatan neuromuskular yang menghasilkan depresi
berturut-turut dan paralisis muskuler); reaksi hipersensitivitas.