Ampicilin

Nama               : Aunana Finnajakh
NIM                : P07124215044
Kelas/smt         : DIV B Kebidanan /III


A.     Nama obat antibiotica            : Ampicilin
B.     Nama lain                               :
a.       (2s,5r,6r)-6-{[(2r)-2-amino-2-phenylacetyl]amino}-3,3-dimethyl-7-oxo-4-thia-1 azabicyclo[3.2.0]heptane-2-carboxylic acid
b.       6-(d-(2-amino-2-phenylacetamido))-3,3-dimethyl-7-oxo-4-thia-1-azabicyclo(3.2.0)heptane-2-carboxylic acid
c.       abpc
d.      aminobenzylpenicillin
e.       amp
f.        ampicilina
g.        ampicillin
h.       ampicillin acid
i.         ampicillin anhydrous
j.        ampicilline
k.      ampicillinum
l.         anhydrous ampicillin
m.     ap
n.       d-(-)-6-(alpha-aminophenylacetamido)penicillanic acid
o.      d-(-)-ampicillin
p.      d-(−)-6-(α-aminophenylacetamido)penicillanic acid
q.      d-(−)-ampicillin
C.     Bentuk sediaan                      :
1.      oral                                   : 
a.       kapsul
b.      serbuk (powder) untuk oral suspense
2.      parenteral              :   
serbuk (powder) untuk rekonstitusi

D.    Kemasan                    :
a.       kapsul 250 mg
b.      kapsul 500 mg
c.       injeksi, serbuk untuk rekonstitusi 250 mg
d.      injeksi, serbuk untuk rekonstitusi 500 mg
e.       injeksi, serbuk untuk rekonstitusi 1 gram
f.        injeksi, serbuk untuk rekonstitusi 2 gram
g.       injeksi, serbuk untuk rekonstitusi 10 gram
h.       serbuk untuk suspensi oral 125 mg / ml (100 ml, 200 ml)
i.         serbuk untuk suspensi oral 250 mg/ ml (100 ml, 200 ml)
E.     Indikasi                       :
a.       kegunaan ampisilin (ampicillin) adalah untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang peka terhadap ampisilin (ampicillin) seperti infeksi saluran nafas : otitis media akut, faringitis yang disebabkan streptococcus, faringitis, sinusitis.
b.      ampisilin (ampicillin) adalah antibiotik pilihan pertama untuk pengobatan infeksi-infeksi yang disebabkan enterococcus seperti endocarditis dan meningitis.
c.       ampisilin (ampicillin) digunakan juga untuk pengobatan gonorrhoea, infeksi kulit dan jaringan lunak,  infeksi saluran kemih, infeksi salmonella dan shigela .
F.      Kontraindikasi
penggunaan antibiotik ampisilin (ampicillin) harus dihindari pada pasien hipersensitifitas pada ampisilin (ampicillin)  dan antibiotika bata laktam lainnya seperti penicillin dan cephalosporin.
G.    Efek Samping
a.       kebanyakan efek samping ampisilin (ampicillin) yang muncul adalah mual, muntah, ruam kulit, dan antibiotik kolitis.
b.      efek samping yang jarang seperti angioedema dan clostridium difficile diarrhea.
c.       perawatan medis harus segera diberikan jika tanda-tanda pertama dari efek samping muncul karena jika seseorang mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap ampisilin (ampicillin), dapat mengalami shock anafilaktik yang bisa berakibat fatal.


H.    Dosis   :
Dosis lazim dewasa untuk infeksi bakteri :
parenteral:
a.       infeksi saluran pernafasan dan jaringan lunak : 250-500 mg injeksi intramuskular atau intravena setiap 6 jam.
b.      infeksi saluran pencernaan dan saluran urogenital (termasuk infeksi oleh n.gonorrhoeae pada wanita) : 500 mg injeksi intramuskular atau intravena setiap 6 jam.
c.       urethritis pada laki-laki karena n.gonorrhoeae : 500 mg injeksi intramuskular atau intravena setiap 8 – 12 jam untuk 2 dosis.
d.      bakterial meningitis : 150 – 200 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 3 – 4 jam.
e.       septikemia : 150 – 200 mg/kg/hari.
oral :
a.       infeksi saluran pencernaan dan urogenital : 500 mg secara oral setiap 6 jam.
b.      gonore : 2 – 3.5 gram + probenezid 1 gram sebagai dosis tunggal.
c.       infeksi saluran pernafasan : 250 mg secara oral setiap 6 jam.
Dosis lazim dewasa untuk pencegahan bakterial endokarditis :
2 g injeksi intramuskular atau intravena dalam dosis tunggal 30 – 60 menit sebelum prosedur operasi gigi.
Dosis lazim dewasa untuk meningitis :
150 – 200 mg/kg/hari injeksi intravena dalam dosis terbagi setiap 3 – 4 jam.
Dosis lazim dewasa untuk gastroenteritis :
500 mg secara oral atau injeksi intramuskular / intravena setiap 6 jam.
Dosis lazim dewasa untuk infeksi intraabdominal :
500 mg secara oral atau injeksi intramuskular/ intravena setiap 6 jam
Dosis lazim sewasa untuk infeksi kulit dan jaringan lunak :
250- 500 mg secara oral setiap 6 jam atau 1-2 g injeksi intravena setiap 4-6 jam, tergantung keparahan infeksi.
Dosis lazim dewasa untuk faringitis :
a.       Parental          : 250-500 mg injeksi intramuskular atau intravena setiap 6 jam.
b.      Oral                : 250 mg secara oral setiap 6 jam
Dosis lazim dewasa untuk sinusitis :
a.       Parental          : 250-500 mg injeksi intramuskular/intravena setiap 6 jam.
b.      Oral               : 250 mg secara oral setiap 6 jam
Dosis lazim dewasa untuk infeksi saluran pernapasan atas :
a.       Parental          : 250-500 mg injeksi intramuskular atau intravena setiap 6 jam.
b.      Oral               : 250 mg secara oral setiap 6 jam.
Dosis lazim dewasa untuk pneumonia :
a.       Parental          : 250-500 mg injeksi intamuskular / intravena setiap 6 jam.
b.      Oral               : 250 mg secara oral setiap 6 jam.
Dosis lazim dewasa untuk bronchitis :           
a.       Parental          : 250-500 mg injeksi intamuskular / intravena setiap 6 jam.
b.      Oral               : 250 mg secara oral setiap 6 jam.
Dosis lazim dewasa untuk saluran kemih
500 mg secara oral/injeksi intramuskular/intravena setiap 6 jam.
Dosis lazim dewasa untuk pielonefritis (infeksi saluran ginjal)
500 mg secara oral atau injeksi intramuskular atau intravena setiap 6 jam.
Dosis lazim dewasa untuk shigellosis :
500 mg secara oral atau injeksi intramuskular atau intravena setiap 6 jam.
Dosis dewasa untuk demam tifoid :
500 mg secara oral atau injeksi intramuskular atau intravena setiap 6 jam.
Dosis lazim dewasa untuk otitis media :
500 mg secara oral atau 1-2 g injeksi intramuskular atau intravena setiap 6 jam, tergantung pada keparahan infeksi.
Dosislazim untuk meningitis :
Neonatus
a.       Usia < 7 hari : 50-100 mg/kg bb injeksi intravena setiap 8 jam.
b.      Usia > 7 hari : 50- 75 mg/kg bb injeksi intravena setiap 6 jam. 
Bayi dan anak-anak :
50 – 100 mg/kg bb injeksi intravena setiap 6 jam.
Dosis lazim anak untuk pencegahan bakterial endokarditis :
50 mg/kg bb injeksi intramuskular/intravena diberikan sebagai dosis tunggal 1 jam sebelum prosedur operasi gigi.
Doisis lazim anak untuk infeksi saluran pernafasan bagian atas (termasuk pneumonia), infeksi kulit dan jaringan lunak, serta infeksi saluran kemih :
Neonatus :
a.       Usia < 7 hari (bb< 2 kg) : 50 mg/kg bb injeksi intramuskular atau intravena setiap 12 jam.
b.      Usia < 7 hari (bb> 2 kg) : 50 mg/kg bb injeksi intramuskular atau intravena setiap 8 jam.
c.       Usia 8-28 hari (bb < 2 kg) : 50 mg/kg bb injeksi intramuskular atau intravena setiap 8 jam.
d.      Usia 8-28 hari (bb> 2 kg) : 50 mg/kg bb injeksi intramuskular atau intravena setiap 6 jam.
e.       Usia > 1 bulan :
1)      Infeksi ringan :
a)      Parental : 25-37,5 mg/kg bb injeksi intramuskular atau intravena setiap 6 jam.
b)      Oral : 12,5- 25 mg/kg bb setiap 6 jam.
2)        Infeksi berat :
50 – 100 mg/kg bb injeksi intramuskular atau intravena setiap 6 jam.
Dosis tinggi dapat diberikan untuk infeksi yang lebih berat. Sediaan oral sebaiknya diberikan ½ -1 jam sebelum makan untuk memaksimalkan penyerapan obat. Untuk pasien dengan fungsi ginjal yang buruk, monitor kadar obat dalam plasma dan urine harus dilakukan.




Sumber :

Uliyah, musrifatul . 2015. Keterampilan Dasar Kebidanan.Surabaya : Salemba Medika.