MONOSIKLIN





Nama   : Nur Halimah
Kelas   : DIV Reguler B Kebidanan
NIM    : P07124215067


MONOSIKLIN

Minosiklin adalah antibiotik semisintetik dari golongan Tetrasiklin, pertama ada pada tahun 1972.Seperti Tetrasiklin lainnya spektrum aktifitasnya luas. Selain mempunyai aktifitas antibiotik,Minosiklin juga mempunyai aktifitas chelating agent dan membentuk khelat dengan ion Ca2+,Mg2+, atau Al3+ dalam usus. Mekanisme utama dari aktifitasnya pada sintesa protein : Minosiklin lebih lipofilik daripada Tetrasiklin lainnya dan menembus langsung melalui lapisan lemak pada dinding sel bakteri. Energi tergantung aktifitas pompa sistem pengangkutan dari obat, seperti semua Tetrasiklin adalah melalui inner cytoplasmin membrane. Pada sel bakteri, Minosiklin menghambat sintesa protein dengan membentuk ikatan dengan 30S ribosom. Obat tampaknya untuk mencegah masuknya aminoacyl tRNA ke tempat akseptor dalam Mrna ribosom kompleks. Pencegahan ini menambah asam amino untuk pertumbuhan rantai peptida. Minosiklin akan menghalangi sintesa protein pada sel-sel mamalia jika digunakan pada konsentrasi yang sangat tinggi.

    A.    INDIKASI :
   1.      Untuk infeksi yang disebabkan oleh Rickettsia (Rocky Mountain spotted fever, Typhus Fever  dan  Typhus group, Q Fever, Rickettsialpox, Tick Fever), Mycoplasma pneumoniae (PPLO, Eaton agent), Psittacosis dan Ornithosis agent, Lymphogranuloma venereum dan Granuloma inguinale agent, Spirochaetal agent dari Relapsing Fever (Borrelia recurrentis). Microorganisme gram negatif : Haemophilus ducreyi, Pasteurella pestis dan Pasteurella tularensis, Bartonella bacilliformis, Bacteroides species, Vibrio comma dan Vibrio fetus, Brucella spesies (bersamaan dengan Streptomycin). Karena beberapa strain dari group mikroorganisme tersebut menunjukkan resistensi terhadap Tetrasiklin, maka dianjurkan tes kultur dan kerentanan.
   2.      Pengobatan terhadap infeksi yang disebabkan mikroorganisme gram positif bila tes bakteriologi menunjukkan kerentanan yang tepat pada obat. Streptococcus species : sampai 44% strain Streptococcus spyrogenes dan 74% Streptococcus faecalis didapatkan menjadi resisten terhadap obat-obat Tetrasiklin.
   3.      Untuk pengobatan Uncomplicated Gonococcal Urethritis pada manusia (laki-laki) dikarenakan Neisseria gonorrhoeae. Bila dengan Penisilin kontraindikasi, Tetrasiklin adalah obat alternative untuk pengobatan infeksi yang disebabkan Neisseria gonorrhoeae (pada wanita), Treponema pallidum dan Treponema pertennue (Sifilis dan Frambusia), Listeria monocytogenes, Clostridium species, Bacillus anthracis, Fusobacterium fusiforme (Vincent’s Infection), Actinomyces spesies.
   4.      Pada akut intestinal amoebiasis, Tetrasiklin dapat digunakan sebagai tambahan pada Amoebicides.
   5.      Pada jerawat yang parah, Tetrasiklin digunakan sebagai terapi tambahan.

Minosiklin yang diberikan secara oral tidak diindikasikan untuk pengobatan infeksi meningococcal. Meskipun tidak ada studi klinik efikasi terkontrol yang dihubungkan, batas data klinik menunjukkan bahwa Minosiklin yang diberikan secara oral biasa digunakan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium marinum. 

   B.     DOSIS

   1.      Terapi harus diteruskan selama 24-48 jam setelah gejala-gejala dan demam berkurang. Terapi bersamaan Antasida yang mengandung Aluminium, Kalsium atau Magnesium mengganggu absorpsi, dan jangan diberikan pada pasien yang diberi oral Tetrasiklin.
    2.      Untuk pengobatan infeksi streptococcal, dosis terapi Tetrasiklin yang diberikan paling tidak selama 10 hari.
    3.      Dewasa : dosis awal 200 mg dan diikuti 100 mg setiap 12 jam, alternatif lain jika dengan frekuensi lebih sering 2-4 x 50 mg kapsul sebagai dosis awal, dilanjutkan 50 mg 4 kali sehari.
   4.      Anak-anak di atas 8 tahun : 4 mg/kg berat badan dosis awal, dilanjutkan 2 mg/kg berat badan setiap 12 jam.
   5.      Untuk pengobatan Sifilis : dosis awal diberikan lebih dari 10-15 hari, terakhir diikuti dengan tes laboratorium.
   6.      Pasien Gonorrhea yang sensitif terhadap Penisilin, diberikan Minosiklin 200 mg sebagai dosis awal, diikuti 100 mg tiap 12 jam, minimum 4 hari dengan post terapi kultur 2-3 hari.
   7.      Pada pengobatan pembawa meningococcal dianjurkan dosis 100 mg setiap 12 jam selama 5 hari. Pada Infeksi Mycobacterium marinum : meskipun dosis optimal belum ditetapkan, tetapi pada sejumlah kasus-kasus tertentu berhasil dengan 100 mg 2 kali sehari, selama 6-8 minggu.
   8.      Untuk pengobatan Uncomplicated Gonococcal Urethritis pada laki-laki : 100 mg 2 kali sehari selama 5 hari.

   C.     PERINGATAN DAN PERHATIAN :
    1.      Penggunaan obat-obat Tetrasiklin selama masa pertumbuhan gigi (pada separuh kehamilan terakhir, bayi, anak-anak di bawah 8 tahun) dapat menyebabkan pewarnaan gigi yang permanen (kuning - abu-abu). Efek samping ini lebih umum selama penggunaan obat, tetapi pengamatan juga diulangi pada kasus pengobatan jangka pendek.
   2.      Adanya Enamel Hipoplasia juga dilaporkan pada kegagalan ginjal, biasanya baik oral atau parenteral dosis.
    3.      Dapat terjadi pertumbuhan berlebihan dari organisme non susceptibel, termasuk fungi. Bila terjadi super infeksi, hentikan pengobatan.
    4.      Pada terapi jangka panjang, secara periodik perlu dilakukan evaluasi laboratorium system organ, termasuk hematopoetik, ginjal dan hati.

   D.    EFEK SAMPING :
    1.      Gastrointestinal :
Anoreksia, mual, muntah, diare, glositis, disfagia, enterokolitis, pankreatitis, inflamasi, lesi pada daerah anogenital dan peningkatan enzim liver. Jarang terjadi : hepatitis.
Reaksi ini disebabkan oleh pemakaian baik secara oral maupun parenteral.
    2.      Kulit :
Makulopopuler dan eritema, juga dilaporkan dermatitis eksfoliativa, tetapi tidak umum. Pigmentasi pada kulit dan membran mukosa juga dilaporkan.
    3.      Reaksi hipersensifitas
Urtikaria, angioneurotik, edema, poliartralgia, anafilaksis, purpura anafilaktik, perikarditis, eksaserbasi sistem lupus eritematosus dan yang jarang infiltrasi pulmoner dengan eosinofilia.
    4.      CNS :
Bila diberikan dalam jangka waktu lama, dilaporkan bahwa Tetrasiklin menimbulkan brown-black microscopic discoloration pada kelenjar tiroid. Tidak ada abnormalitas dari fungsi tiroid dalam studi. Gangguan vestibular dari Minosiklin dapat menyebabkan pusing, vertigo, ataksia, mual dan tinitus, tetapi sifatnya reversibel. Studi awal menunjukkan bahwa Disfungsi Vestibula terjadi pada 4,5% - 7,2% pasien, gangguan ini reversibel 3 - 48 jam pada terapi yang tidak dilanjutkan dan kurang bila dosis rendah (50 mg 2 kali sehari).
   5.      Darah :
Anemia hemolitik, trombositopenia, netropenia and eosinofilia.
   6.      ONS :
Pseudo Tumor Serebri (Benign Intracranial Hypertension) pada orang dewasa dan Bulging fontanels pada bayi, sakit kepala pernah dilaporkan.

   E.     EFEK-EFEK LAIN
Tetrasiklin dilaporkan untuk penggunaan yang mendesak, untuk aktifitas anabolitik yang berperan penting dalam meningkatkan konsentrasi urea dalam darah.
Tetrasiklin juga menurunkan aktifitas plasma protrombin dengan menghambat produksi Vitamin K flora usus.
Interferensi dengan tes patologi klinik. Tetrasiklin dapat menghasilkan interferense fluorescence dalam metoda Hungarty untuk mengukur cerinary catecholamines, juga mengurangi bakteri pengubah bilirubin menjadi urobilinogen dalam usus.

    F.      KELOMPOK BERESIKO TINGGI :
   1.      Neonatus : Obat dikontraindikasi karena pewarnaan gigi, hipoplasia enamel dan menekan pertumbuhan tulang.
    2.      Air susu : Tetrasiklin tidak diberikan sebagai antibiotik melalui ASI pada anak-anak.
   3.      Anak-anak : Minosiklin kontraindikasi untuk anak di bawah 12 tahun, dengan alasan yang sama seperti pada neonatus. Untuk anak-anak di atas 12 tahun, 50 mg Minosiklin setiap 12 jam dianjurkan.
   4.      Wanita hamil : Menyebabkan pewarnaan gigi pada fetus atau janin. Perubahan warna pada gigi pernah dilaporkan, tetapi jarang pada orang dewasa.
   5.      Orang tua : Minosiklin masih dapat diberikan dengan dosis normal yang direkomendasikan pada usia lanjut dengan gangguan fungsi ginjal ringan sampai sedang.

   G.    KONTRAINDIKASI
    1.      Hipersensitif terhadap Tetrasiklin.
    2.      Wanita hamil dan menyusui.
    3.      Anak-anak di bawah umur 12 tahun.
    4.      Sistemik lupus eritematosus.
    5.      Pasien dengan gangguan fungsi ginjal berat.
 
    H.    INTERAKSI OBAT
Tetrasiklin dapat mempertinggi methoxyflurane-induced nephrotoxicity. Sodium bikarbonat dapat menghambat Tetrasiklin dalam saluran pencernaan dengan meningkatkan pH. Minosiklin menurunkan aktifitas protrombin plasma dengan menghambat produksi Vitamin K flora dalam usus.
Antasida yang mengandung kation divalen dan trivalen, yang membentuk khelat dengan Tetrasiklin, merusak absorpsi oral. Kation ini terdapat dalam makanan, terutama produk sehari-hari, dan preparat-preparat besi mempunyai efek yang sama. Aktifitas bakteriostatik Tetrasiklin dapat berinterferensi dengan aktifitas bakterisid Penisilin.
I.       SEDIAAN
Bentuk tablet 100mg